Friday, July 18, 2014

PILIHAN



Tak hanya sekali dua kali saya mendengar teman mengeluh mengenai pekerjaan dan profesinya. Begitu juga saya sendiri tentunya. Haha.. 'Itu kan duluu..', kelit saya pada cermin mencoba menjadi lebih kuat.
Pemicunya selalu tak jauh dari rasa frustasi akan tekanan dari berbagai arah, baik klien, atasan, bawahan, juga kondisi lingkungan yang sering kali tak memihak pada kita. Ditambah lagi keluarga dirumah yang sejatinya menjadi benteng terakhir perlindungan, pun tak mau kalah  melontarkan terornya dengan segala tuntutan rumah tangga dan pendidikan si buah hati. "Setress aku mas, semua yang aku lakukan kok sepertinya tak membuahkan hasil", keluhan umum yang acap kali terdengar menutup keluh kesah kawan kawanku.
Rumput tetangga pun terlihat semakin hijau dan berkilau. Si Tarno pedagang bakso dorongan itu, kini sudah berhasil mewaralaba kan bisnis dan baru saja membeli ruko barunya. Si Dedi teman SMA ku, sudah mapan menjadi pengacara perlente dengan mercy dan apartemen barunya. Si Ahong yang 6 tahun lalu berjualan onderdil mengendarai vespa, telah mampu membeli gudang besar dan omset miliaran.
Habis dan komplit lah alasan pembenar kita untuk memutuskan menyerah, keluar dan berfikir keras untuk banting setir pindah profesi dan peruntungan. Sepertinya semua profesi lain itu terlihat mudah dan menghasilkan uang yang lebih besar.
Apa sih kelebihan Tarno, SMA saja tak jelas lulus atau tidak. Apa sih kehebatan Dedi, berbicara pun masih gagap sampai sekarang. Apa sih jagonya Ahong, pengetahuan mesin pas pas an dan modal saja tak lebih dari harga vespanya.



Seorang trainer ku dari Srilanka menceritakan sebuah kisah dari buku yang dibacanya. Kisah itu demikian mengena yang takkan pernah aku lupakan sampai kapan pun. Entah apa judulnya, tetapi cerita itu mengisahkan seorang tawanan perang di camp konsentrasi yang bertahan hidup sampai perang berakhir. Sebelumnya dia adalah pria berada yang cukup terhormat di lingkunganya. Pada peristiwa itu satu persatu yang ia miliki direnggut paksa darinya. Rumah, harta, keluarga, bahkan orang tua, istri dan anaknya dibunuh didepan matanya. Tak ada yang tersisa, seluruh kehidupan dan kebebasan direnggut darinya. Hanya nyawa, fikiran serta kulit yang menempel ditulang lah yang dia miliki. Tak ada seorang pun bertahan selama itu dalam penyiksaan. Terutama mereka yang kehilangan segalanya dalam hidupnya. Tak ada lagi alasan baginya untuk hidup setelah semua peristiwa itu. Begitu banyak orang terheran melihat dia bertahan dan bertanya padanya apa yg bisa membuatnya bertahan.
"Orang dapat merenggut apapun dariku, mereka dapat merampas paksa apapun yang tak mampu kupertahankan. Tetapi selama aku masih memiliki pilihan untuk mempertahankan nyawa dalam ragaku, kuputuskan untuk kupertahankan nafas ini selama lamanya. Ini satu-satunya yang tersisa yang aku miliki, dan takkan kubiarkan mereka untuk mengambilnya juga".

Bagaimana kisah itu mampu merubah pandanganku pada pekerjaan, profesi serta kehidupanku? Sebetulnya sama. Setiap hari kita memiliki pilihan untuk memutuskan atas beberapa opsi yang berbeda. Dari pilihan untuk bangun tidur atau menarik selimut, memilih jalan, membuat keputusan bisnis, bahkan disaat kita bosan dan marah, akal dan hati kita pun senantiasa memberi opsi pada kita bagaimana menyikapinya.
Apa sih profesi anda? Siapa yang bisa melarang jika anda pada akhirnya 'Quit' dan keluar dari profesi itu? Segala keluhan, rintihan, kemarahan, dan segala keputus asaan yang anda lontarkan setiap hari pada teman dan kerabat anda, pada dasarnya adalah sifat dasar manusia untuk mencari pembenaran akan pilihan salah yang dia ambil sebelumnya.
Banyak orang sukses dan berhasil justru karena mereka tidak mempunyai kemewahan pilihan untuk diambil, dan mereka memutuskan untuk melakukan yang terbaik dari sedikit hal yang dia bisa.

Berusaha untuk lebih pintar dan membaca banyak buku-buku yang ditulis orang sukses didunia, saya pun tersadar. Terlepas dari kerumitan proses dan perbedaan pandangan serta pendekatan penyelesaian masalah, benang merah yang selalu nampak adalah 'To be Excellent' pada apapun yang anda kerjakan.
Yang saya temukan kemudian, ternyata pada akhirnya bukan industri atau profesinya yang membuat mereka menjadi sukses, tetapi kualitas diri itulah yang menarik kemuliaan datang.
Kita ambil contoh si tarno pedagang bakso diatas. Apakah dia demikian cerdas dan memiliki rencana jangka panjang untuk merubah strategi dari gerobak bakso, warung permanen, sampai mampu mewara laba kan usahanya? Tidak. Jika anda tanyakan padanya, jawabannya hanyalah 'meniko paringan Gusti Allah mas", hanyalah nasib dan takdir Tuhan yang bisa dia mengerti tanpa bisa menjelaskan prosesnya.
Apa yang terjadi adalah, karena dia tidak ada pilihan dan tidak bisa melakukan hal lain selain membuat bakso dan berjualan, maka dia senantiasa membuat yang terbaik, bekerja rajin, menjalin hubungan kekeluargaan dengan pelanggannya, dan ' In Return' para pelanggannya inilah yang memberi masukan sedikit demi sedikit untuk perbaikan, juga peluang. Warung permanen itu adalah milik seorang pelanggan baik yang memberi keringanan harga sewa serta pembayaran cicilan padanya. Ide waralaba itu adalah dari seorang pelanggan yang melihat peluang dan mengajak kerjasama saling menguntungkan. Ketertarikan pengusaha untuk membeli waralabanya adalah kepercayaan yang mereka yakini melihat reputasi tarno yang telah berjualan 20 tahun dan rekomendasi teman yang pernah mencoba baksonya.
Sungguh alam akan memberikan balik apapun usaha kita yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dan menjadi excellent di bidang kita. Law of attraction, begitu menutut Rhonda Byrne dalam bukunya 'The Secret'.

Kembali pada anda. Seberapa frustasinya kah anda pada pekerjaan dan profesi anda? Segila apa usaha yang pernah anda lakukan untuk menjadi excellent di bidang anda? Berapa lama anda telah melakukannya dengan sepenuh hati dan cinta?  Masih ada yang berdalih, iya untuk Tarno bisa, dia kan usaha sendiri, saya kan karyawan, apapun usaha saya gaji perusahaan tetap terbatas.
Tak juga demikian, sebagai karyawan di sebuah perusahaan anda mempunyai kesempatan untuk mempelajari sebuah model bisnis yang berjalan, memperbaiki menjadi yang terbaik, dan mengembangkan network pada bidang tersebut. Thats it.
Hanya dibutuhkan mindset-attitude-skillset,dan-toolset, untuk membuat apapun impian anda tercapai. Dan jangan lupa, untuk memetik buah dibutuhkan proses dan waktu untuk mendapatkannya. Anda harus menanam bibit yang benar, merawat dengan cinta dan skill yang tepat, dan karena faktor eksternal, itupun terkadang tidak menghasilkan panen yang seperti diharapkan. Disaat kegagalan terjadi, mengurangi resiko dan kerugian adalah satu-satunya yang anda bisa lakukan.

Setelah semua itu, pada akhirnya hanya 'Persistence' yang akan mampu membawa anda kepuncak. Tetap tabah dan bertahan, pada seluruh tantangan dan ujian. Tetap berjalan, meski kaki terluka dan peluh bercucuran. Tak tertiup badai, dan tak terbujuk angin sepoi sepoi.
Siapa yang tahan.

No comments:

Post a Comment