Tak hanya sekali dua kali saya mendengar
teman mengeluh mengenai pekerjaan dan profesinya. Begitu juga saya sendiri
tentunya. Haha.. 'Itu kan duluu..', kelit saya pada cermin mencoba menjadi
lebih kuat.
Pemicunya selalu tak jauh dari rasa
frustasi akan tekanan dari berbagai arah, baik klien, atasan, bawahan, juga
kondisi lingkungan yang sering kali tak memihak pada kita. Ditambah lagi
keluarga dirumah yang sejatinya menjadi benteng terakhir perlindungan, pun tak
mau kalah melontarkan terornya dengan
segala tuntutan rumah tangga dan pendidikan si buah hati. "Setress aku
mas, semua yang aku lakukan kok sepertinya tak membuahkan hasil", keluhan
umum yang acap kali terdengar menutup keluh kesah kawan kawanku.
Rumput tetangga pun terlihat semakin
hijau dan berkilau. Si Tarno pedagang bakso dorongan itu, kini sudah berhasil
mewaralaba kan bisnis dan baru saja membeli ruko barunya. Si Dedi teman SMA ku,
sudah mapan menjadi pengacara perlente dengan mercy dan apartemen barunya. Si
Ahong yang 6 tahun lalu berjualan onderdil mengendarai vespa, telah mampu membeli
gudang besar dan omset miliaran.
Habis dan komplit lah alasan pembenar
kita untuk memutuskan menyerah, keluar dan berfikir keras untuk banting setir
pindah profesi dan peruntungan. Sepertinya semua profesi lain itu terlihat
mudah dan menghasilkan uang yang lebih besar.
Apa sih kelebihan Tarno, SMA saja tak
jelas lulus atau tidak. Apa sih kehebatan Dedi, berbicara pun masih gagap
sampai sekarang. Apa sih jagonya Ahong, pengetahuan mesin pas pas an dan modal
saja tak lebih dari harga vespanya.
Seorang trainer ku dari Srilanka
menceritakan sebuah kisah dari buku yang dibacanya. Kisah itu demikian mengena
yang takkan pernah aku lupakan sampai kapan pun. Entah apa judulnya, tetapi
cerita itu mengisahkan seorang tawanan perang di camp konsentrasi yang bertahan
hidup sampai perang berakhir. Sebelumnya dia adalah pria berada yang cukup
terhormat di lingkunganya. Pada peristiwa itu satu persatu yang ia miliki
direnggut paksa darinya. Rumah, harta, keluarga, bahkan orang tua, istri dan
anaknya dibunuh didepan matanya. Tak ada yang tersisa, seluruh kehidupan dan
kebebasan direnggut darinya. Hanya nyawa, fikiran serta kulit yang menempel
ditulang lah yang dia miliki. Tak ada seorang pun bertahan selama itu dalam
penyiksaan. Terutama mereka yang kehilangan segalanya dalam hidupnya. Tak ada
lagi alasan baginya untuk hidup setelah semua peristiwa itu. Begitu banyak
orang terheran melihat dia bertahan dan bertanya padanya apa yg bisa membuatnya
bertahan.
"Orang dapat merenggut apapun
dariku, mereka dapat merampas paksa apapun yang tak mampu kupertahankan. Tetapi
selama aku masih memiliki pilihan untuk mempertahankan nyawa dalam ragaku,
kuputuskan untuk kupertahankan nafas ini selama lamanya. Ini satu-satunya yang
tersisa yang aku miliki, dan takkan kubiarkan mereka untuk mengambilnya
juga".
Bagaimana kisah itu mampu merubah
pandanganku pada pekerjaan, profesi serta kehidupanku? Sebetulnya sama. Setiap
hari kita memiliki pilihan untuk memutuskan atas beberapa opsi yang berbeda.
Dari pilihan untuk bangun tidur atau menarik selimut, memilih jalan, membuat
keputusan bisnis, bahkan disaat kita bosan dan marah, akal dan hati kita pun
senantiasa memberi opsi pada kita bagaimana menyikapinya.
Apa sih profesi anda? Siapa yang bisa
melarang jika anda pada akhirnya 'Quit' dan keluar dari profesi itu? Segala
keluhan, rintihan, kemarahan, dan segala keputus asaan yang anda lontarkan
setiap hari pada teman dan kerabat anda, pada dasarnya adalah sifat dasar
manusia untuk mencari pembenaran akan pilihan salah yang dia ambil sebelumnya.
Banyak orang sukses dan berhasil justru
karena mereka tidak mempunyai kemewahan pilihan untuk diambil, dan mereka
memutuskan untuk melakukan yang terbaik dari sedikit hal yang dia bisa.
Berusaha untuk lebih pintar dan membaca
banyak buku-buku yang ditulis orang sukses didunia, saya pun tersadar. Terlepas
dari kerumitan proses dan perbedaan pandangan serta pendekatan penyelesaian
masalah, benang merah yang selalu nampak adalah 'To be Excellent' pada apapun
yang anda kerjakan.
Yang saya temukan kemudian, ternyata
pada akhirnya bukan industri atau profesinya yang membuat mereka menjadi
sukses, tetapi kualitas diri itulah yang menarik kemuliaan datang.
Kita ambil contoh si tarno pedagang
bakso diatas. Apakah dia demikian cerdas dan memiliki rencana jangka panjang
untuk merubah strategi dari gerobak bakso, warung permanen, sampai mampu mewara
laba kan usahanya? Tidak. Jika anda tanyakan padanya, jawabannya hanyalah
'meniko paringan Gusti Allah mas", hanyalah nasib dan takdir Tuhan yang
bisa dia mengerti tanpa bisa menjelaskan prosesnya.
Apa yang terjadi adalah, karena dia
tidak ada pilihan dan tidak bisa melakukan hal lain selain membuat bakso dan
berjualan, maka dia senantiasa membuat yang terbaik, bekerja rajin, menjalin
hubungan kekeluargaan dengan pelanggannya, dan ' In Return' para pelanggannya
inilah yang memberi masukan sedikit demi sedikit untuk perbaikan, juga peluang.
Warung permanen itu adalah milik seorang pelanggan baik yang memberi keringanan
harga sewa serta pembayaran cicilan padanya. Ide waralaba itu adalah dari
seorang pelanggan yang melihat peluang dan mengajak kerjasama saling
menguntungkan. Ketertarikan pengusaha untuk membeli waralabanya adalah
kepercayaan yang mereka yakini melihat reputasi tarno yang telah berjualan 20
tahun dan rekomendasi teman yang pernah mencoba baksonya.
Sungguh alam akan memberikan balik
apapun usaha kita yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dan menjadi
excellent di bidang kita. Law of attraction, begitu menutut Rhonda Byrne dalam bukunya 'The Secret'.
Kembali pada anda. Seberapa frustasinya
kah anda pada pekerjaan dan profesi anda? Segila apa usaha yang pernah anda
lakukan untuk menjadi excellent di bidang anda? Berapa lama anda telah
melakukannya dengan sepenuh hati dan cinta? Masih ada yang berdalih, iya untuk Tarno bisa, dia kan usaha sendiri, saya kan karyawan, apapun usaha saya gaji
perusahaan tetap terbatas.
Tak juga demikian, sebagai karyawan di
sebuah perusahaan anda mempunyai kesempatan untuk mempelajari sebuah model bisnis yang
berjalan, memperbaiki menjadi yang terbaik, dan mengembangkan network pada
bidang tersebut. Thats it.
Hanya dibutuhkan
mindset-attitude-skillset,dan-toolset, untuk membuat apapun impian anda
tercapai. Dan jangan lupa, untuk memetik buah dibutuhkan proses dan waktu untuk
mendapatkannya. Anda harus menanam bibit yang benar, merawat dengan cinta dan
skill yang tepat, dan karena faktor eksternal, itupun terkadang tidak
menghasilkan panen yang seperti diharapkan. Disaat kegagalan terjadi, mengurangi
resiko dan kerugian adalah satu-satunya yang anda bisa lakukan.
Setelah semua itu, pada akhirnya hanya
'Persistence' yang akan mampu membawa anda kepuncak. Tetap tabah dan bertahan,
pada seluruh tantangan dan ujian. Tetap berjalan, meski kaki terluka dan peluh
bercucuran. Tak tertiup badai, dan tak terbujuk angin sepoi sepoi.
Siapa yang tahan.