Dunia ini tak seramah dulu. Resep
keberhasilan kemarin tak lagi mampu menjadi strategi keberhasilan mendatang.
Keahlian yang anda miliki saat ini, terkadang tak cukup hanya untuk sekedar bertahan.
Hukum 'Survival of the Fittest' berlaku. Bukan hanya yang terkuat yang dapat
unggul , bukan hanya yang terpintar yang selalu menang, melainkan hanya mereka
yang mampu 'Fit In' dan menyesuaikan diri dengan perubahan lah yang akan selamat.
Pada jaman Prehistoric, hanya mereka
yang terkuat yang berkuasa. Mendiami gua-gua strategis, kemampuan berburu yang
handal, dan memiliki kelompok yang saling melindungi.
Di era Agraris hukum itu mulai bergeser.
Hanya mereka yang mampu mengolah lahan, yang mendapat jaminan kehidupan dan tak
kekurangan pangan. Para pemburu rela menukarkan daging dan bulu-bulu pelindung
musim dingin demi seikat gandum dan jagung. Para petani yang berkuasa pada era
nya.
Jaman pun berubah setelah revolusi
industri. Peradaban manusia perlahan berubah bentuk. Industri agraria telah
memasuki era mekanisasi dan tuntutan manusia berkembang pada kebutuhan
sekunder. Disaat ini para industrialis yang menguasai dunia. Mereka yang
memiliki kemampuan untuk memproduksi produk secara massal, dapat memiliki
segalanya. Dibutuhkan berkarung karung gandum untuk menukarkannya dengan sebuah
kereta uap, pengganti kereta kuda.
Peranan uang dan emas sebagai media
pengganti memicu pasar baru. Hal ini melahirkan cikal bakal wallstreet, dimana
butuh usaha bersama untuk mengumpulkan modal dan mendanai industri.
Dunia pun kembali bermetamorfosa di era
baru, era dimana penguasa informasi merajai dunia. Tak perlu memiliki pabrik
dan kapital besar untuk jadi raja. Si pemilik informasi dimana demand dan
supply dapat dijembatani menjadi pemenang. Mengetahui satu negara yang
membutuhkan energi dan menjembatani negara lain yg memiliki minyak berlimpah
membuat penjual tembakau onassis menjadi kaya raya.
Para pedagang penjelajah dunia pun
berjaya melihat berbagai peluang yang dapat ditawarkan ke belahan dunia lain.
Perkembangan ini pun tak berlangsung
lama. Di era masa kini, era informasi dimana google dan berbagai media sosial
bertransformasi dalam hitungan detik, informasi tak lagi menjadi barang
eksklusif.
Apapun yang anda butuhkan, dalam
hitungan menit dapat anda temukan petunjuk bahkan lokasi pabriknya melalui
internet.
Lantas kira kira kemana lagi arah dunia
ini akan bergerak? Kesiapan apa lagi yang harus dituntut pada generasi berikut?
Kualitas manusia apa yang mampu mengarungi jeram perubahan dan kompetisi yang
semakin curam ini?
Cukup melegakan karena pada akhirnya
kualitas tiap individu manusia tetap menjadi faktor utama yang menjamin
kelanggengan keberhasilan.
Disaat informasi menjadi blak blak an,
disaat agresifitas semakin membuat tak nyaman, kejujuran dan kepercayaan
menjadi barang yang sangat langka. Di tataran ini kita bisa lega, tetapi bisa
juga menjadi terlena jika tak mampu mewaspadainya. Disaat ego dan survival
instink kita bekerja, aliran adrenalin kerap kali menekan syaraf-syaraf
kebijaksanaan manusia. Inilah yang menjadi tantangan utama.
Ronngowarsito menggambarkan hal ini pada syairnya, 'Jamane jaman edan, sing ora melu edan ora keduman. Sak begja begjane
wong edan isih menang wong Eling lan Waspodo'.
Pesan tua yang terkadang sering di
cemooh dan diabaikan ini, sungguh tak boleh dipandang rendah. Didalamnya
terkandung arti yang sangat dalam dan benar adanya. Bagai ayat suci, pesan ini
dapat ditafsirkan ke berbagai bab dengan tafsir berbeda.
Dengan berbagai goda dan rencana, para
elit penguasa dapat menjelma menjadi drakula. Dengan segala ketidak adilan dan penindasan, para petani dan nelayan lugu dapat berubah beringas dan menggila.
Dalam hal ini teman dan sahabat setia
menjadi sangat langka. Mereka yang dapat melengkapi diri dengan segala 'survival
kit' yang tepat, serta melepaskan segala topeng dan bungkus kebohongan dari dirinya
justru akan menjadi sales apa adanya, direktur berkarakter mulia, rekan usaha
yang dipercaya, serta pemimpin yang dicinta.
The Fittest dan The Survivor bagi mereka, yang "Eling lan Waspodo".
No comments:
Post a Comment