Tuesday, August 7, 2018

Tentram

Senin lalu dibulan Agustus 2018 sehabis subuh.
Saya ngobrol dengan Kang Prie GS, guru dan sahabat virtual saya dalam sesi kuliah paginya melalui live chat yang sedang dia gandrungi akhir akhir ini.

Sepotong kata dalam doanya yang menempel di saya. Ya Allah karuniailah aku dengan rasa syukur atas segala kenikmatan Mu, Tentramkanlah hidupku. Jangan jadikan segala rejeki dan kenikmatanMu membuatku kehilangan rasa "Tentram" ini.



Wiih… Tentram ini menjadi kalimat baru dalam doaku. Betapa tidak, ternyata semua yang kita kejar ujung ujungnya adalah rasa Tentram.
Disaat kita tidak tentram, seberapapun harta yang kita miliki, maka kita akan tetap beringas untuk melakukan segala cara untuk mendapatkan bagian lebih dari yang lain, mengeruk sedalam dalamnya apa yang bisa kita keruk, serta tak tenang jika pundi pundi kita terasa tak cukup.

Disaat uang kita cukup, biasanya akan ada ketenangan hati akan segala kemungkinan kejutan kebutuhan yang akan mengusik ketentraman kita.
Oleh karena itu, tak salah jika goal utama nya adalah "Tentram". Dengan demikian Tuhan akan mencukupkan kita dengan cadangan harta yang akan menentramkan sebagai efek samping doa tersebut. Atau kita juga akan berusaha menentramkan diri kita dan bersyukur dengan apapun yang kita punya.

Jadi, mari digali dan dikenali rasa "Tentram" ini.
Dimana mahluknya dan gimana cara meraihnya.
PR bersama.

Salam Tiwikrama

Perjalanan Singkat

Alkisah seorang 'Guru' bijaksana yang demikian terkenal dan kerap disambangi oleh berbondong orang dari pelosok negeri karena nasehat dan inspirasi yang diberikannya.

Pada suatu hari datanglah seorang sukses, kaya, dan sangat terkemuka menemui Guru tersebut.
Orang sukses ini memiliki hampir seluruh yang diinginkannya di dunia, kecuali sedikit relung kehampaan yang dirasakannya dewasa ini.

Setelah melalui berbagai usaha dan perjalanan berliku akhirnya duduklah dia di serambi rumah Sang Guru, menunggu beliau keluar dari biliknya.
Matanya menyapu seluruh ruang, memperhatikan setiap detil bertanya tanya dan mengagumi didalam hatinya. Bagaimana mungkin seseorang yang begitu terkenal akan kebijaksanaannya se antero negeri dapat hidup demikian sederhana.

Hanya empat kursi sederhana beserta meja, dan beberapa dekorasi lama yang terlihat dalam ruang tamu dan dinding rumah itu. Sebuah ranjang kayu tua terliat dari balik pintu sebuah kamar beserta lemari yang tak pula terlihat berukir sempurna.
Walaupun jauh dari kesan mewah, namun semua perabot rumah tersusun pada tempatnya, tertata rapi, bersih, serasi dan membawa aura yang sangat terasa menenangkan hati.

Lirih hembusan nafas orang kaya ini disaat merasakan suasana damai menyambut Sang Guru keluar dari ruang belakang rumahnya.
Dengan pakaian serba putih dan raut wajah tenang beliau menyambut tamunya dengan penuh persahabatan. Beberapa saat berlalu dengan obrolan pembukaan ringan, si kaya ini mulai berwajah serius ingin mencurahkan isi hatinya.
Tak kuasa ia memulai dengan satu pertanyaan, " Guru, saya merasakan kedamaian di rumah ini. Saya sangat kagum dengan Guru. Bagaimana Guru mencapai kedamaian dan kebahagiaan yang bisa saya rasakan ini? mohon maaf, sepintas saya memperhatikan kediaman Guru tak satu saya temui sebuah TV modern, perangkat elektronik, susunan buku yang berjajar, ataupun sekedar perabotan dan dekorasi rumah yang indah. Bagaimana Guru mencapai kedamaian dan kebahagian dunia ini?".

Sang Guru tersenyum dan membuka bibirnya. Bukan jawaban yang diberikan, melainkan pertanyaan lain yang terucap. "Anak muda, engkau terlihat demikian cerdas, terpelajar, sukses, dan tentunya memiliki banyak kegemaran. Dimana barang barang kegemaranmu, aku tak melihatnya?".
Orang kaya ini menjawab tersipu, " Terima kasih Guru, Alhamdulilah saya mampu memiliki banyak hal yang saya gemari dan impikan sejak kecil. Tentunya barang barang tersebut saya tinggal di rumah Guru. karena ukurannya yang besar besar, mobil pun saya tinggal di kaki bukit. Tak satupun saya bawa serta Guru, Saya hanya sedang dalam sebuah 'Perjalanan Singkat' ".

Sang Guru tersenyum dan menjawab "Anak Muda, bukankah kita semua ini hidup dalam sebuah 'Perjalanan Singkat'? "

Orang kaya tersebut terdiam dengan mata berkaca kaca, mendapatkan seluruh pelajaran hanya dalam satu kalimat pertama.



Wednesday, January 24, 2018

Pasir, Kerikil, dan Batu Besar


Baru saja dapat mail reminder dari Master Coach saya, Coach Yohannes G Pauly.
Analog cukup lama yang berulang saya baca, namun berulang juga kita abaikan.
Saya tulis kembali terutama untuk mengingatkan diri saya sendiri.















...pasir, kerikil dan batu besar

Ini adalah salah satu strategi terbaik untuk menjadi efektif di hari-hari anda di dalam bisnis dan kehidupan! 

Apakah anda merasa waktu begitu cepat sehari-hari, dan hampir setiap hari Anda merasa kurang efektif dalam menyelesaikan pekerjaan Anda?

Mari pelajari bahwa yang harus kita masukkan ke dalam gelas waktu kita haruslah berurutan dengan benar!

1. Batu Besar, adalah pekerjaan yang benar-benar penting dan prioritas dikerjakan di hari tersebut. Inilah yang harus dimasukkan pertama ke gelas waktu kita. ini yang harus dikerjakan pertama-tama dalam hari itu!

2. Kerikil, adalah pekerjaan yang juga penting namun skala prioritasnya bukan utama. Inilah urutan kedua yang harus kita masukkan ke gelas waktu Anda!

3. Pasir, adalah pekerjaan yang boleh kita masukkan ke gelas waktu Anda, hanya jika Batu Besar dan Kerikil sudah beres. Bisa jadi Anda bahkan tidak perlu mengerjakan pasir ini, karena ini adalah distraction dalam hidup Anda!

Apa yang justru sering terjadi?

Kita justru memasukkan pasir dahulu ke dalam gelas waktu kita, sehingga akhirnya Kerikil hanya bisa masuk sedikit saja, dan pastinya Batu Besar tidak bisa masuk sama sekali. Hari kita pun jadi tidak efektif. Pekerjaan yang paling penting dan prioritas justru tidak kita kerjakan dari awal!

Salam Hidup Produktif dan Bermanfaat

Monday, November 6, 2017

"Shifting", Consumption to Experience


Tulisan Menarik dari Mr. Yuswohady, pakar Marketing dan Ekonomi yang selalu meng update gagasannya di  http://www.yuswohady.com/ .

Acapkali pelaku pasar kebingungan mengapa statistik dan indikator ekonomi tidak klop dengan kondisi aktual di pasaran.

Mas Yuswohady menggambarkan dengan tajam akan 'shifting' pola konsumsi masyarakat yang kian dipengaruhi oleh pola millenials menjelang masa Bonus Demografi Indonesia di tahun 2020-2035.
Berikut tulisan beliau yang tidak saya edit.


Welcome Leisure Economy
by yuswohady


The Phenomenon
Dalam 3 bulan terakhir muncul diskusi publik yang menarik mengenai fenomena turunnya daya beli konsumen kita yang ditandai dengan sepinya Roxi, Glodok, Matahari, Ramayana, Lotus, bahkan terakhir Debenhams di Senayan City.

Anggapan ini langsung dibantah oleh ekonom karena dalam lima tahun terakhir pertumbuhan riil konsumsi masyarakat robust di angka sekitar 5%. Kalau dilihat angkanya di tahun ini, pertumbuhan ekonomi sampai triwulan III-2017 masih cukup baik sebesar 5,01%. Perlu diingat bahwa konsumsi masyarakat (rumah tangga) masih menjadi kontributor utama PDB kita mencapai 54%.

Sebagian pakar mengatakan sepinya gerai ritel konvensional tersebut disebabkan oleh beralihnya konsumen ke gerai ritel online seperti Tokopedia atau Bukalapak. “Gerai-gerai tradisional di Roxi atau Glodok telah terimbas gelombang disrupsi digital,” begitu kata pakar.

Kesimpulan ini pun misleading karena penjualan e-commerce hanya menyumbang 1,2% dari total GDP kita, dan hanya sekitar 0,8% (2016) dari total penjualan ritel nasional. Memang pertumbuhannya sangat tinggi (eksponensial) tapi magnitute-nya belum cukup siknifikan untuk bisa membuat gonjang-ganjing industri ritel kita.

Kalau konsumen tak lagi banyak belanja di gerai ritel konvensional dan masih sedikit yang belanja di gerai online, maka pertanyaannya, duitnya dibelanjakan ke mana?

The Consumers

Tahun 2010 untuk pertama kalinya pendapatan perkapita masyarakat Indonesia melewati angka $3000. Oleh banyak negara termasuk Cina, angka ini “keramat” karena dianggap sebagai ambang batas (treshold) sebuah negara naik kelas dari negara miskin menjadi negara berpendapatan menengah (middle-income country).

Ketika melewati angka tersebut, sebagian besar masyarakatnya adalah konsumen kelas menengah (middle-class consumers) dengan pengeluaran berkisar antara $2-10 perhari. Di Indonesia, kini konsumen dengan rentang pengeluaran sebesar itu telah mencapai lebih dari 60% dari total penduduk.

Salah satu ciri konsumen kelas menengah ini adalah bergesernya pola konsumsi mereka dari yang awalnya didominasi oleh makanan-minuman menjadi hiburan dan leisure. Ketika semakin kaya (dan berpendidikan) pola konsumsi mereka juga mulai bergeser dari “goods-based consumption” (barang tahan lama) menjadi “experience-based consumption” (pengalaman). Experience-based consumption ini antara lain: liburan, menginap di hotel, makan dan nongkrong di kafe/resto, nonton film/konser musik, karaoke, nge-gym, wellness, dan lain-lain.

Pergeseran inilah yang bisa menjelaskan kenapa Roxi atau Glodog sepi. Karena konsumen kita mulai tak banyak membeli gadget atau elektronik (goods), mereka mulai memprioritaskan menabung untuk tujuan liburan (experience) di tengah atau akhir tahun. Hal ini juga yang menjelaskan kenapa mal yang berkonsep lifestyle dan kuliner (kafe/resto) seperti Gandaria City, Gran Indonesia, atau Kasablanka tetap ramai, sementara yang hanya menjual beragam produk (pakaian, sepatu, atau peralatan rumah tangga) semakin sepi.

The Shifting

Nah, rupanya pola konsumsi masyarakat Indonesia bergeser sangat cepat menuju ke arah “experience-based consumption”. Data terbaru BPS menunjukkan, pertumbuhan pengeluaran rumah tangga yang terkait dengan “konsumsi pengalaman” ini meningkat pesat. Pergeseran pola konsumsi dari “non-leisure” ke “leisure” ini mulai terlihat nyata sejak tahun 2015

Untuk kuartal II-2017 misalnya, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95% dari kuartal sebelumnya 4,94%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini dinilai melambat lantaran konsumsi rumah tangga dari sisi makanan dan minuman, konsumsi pakaian, alas kaki, perumahan dan perlengkapan rumah tangga, (goods-based) hanya tumbuh tipis antara 0,03-0,17%. Sementara konsumsi restoran dan hotel (experience-based) melonjak dari 5,43% menjadi 5,87%. “Jadi shifting-nya adalah mengurangi konsumsi yang tadinya non-leisure untuk konsumsi leisure,” ucap Ketua BPS, Suhariyanto.

Studi Nielsen (2015) menunjukkan bahwa milenial yang merupakan konsumen dominan di Indonesia saat ini (mencapai 46%) lebih royal menghabiskan duitnya untuk kebutuhan yang bersifat lifestyle dan experience seperti: makan di luar rumah, nonton bioskop, rekreasi, juga perawatan tubuh, muka, dan rambut.

Sementara itu di kalangan milenial muda dan Gen-Z kini mulai muncul gaya hidup minimalis (minimalist lifestyle) dimana mereka mulai mengurangi kepemilikian (owning) barang-barang dan menggantinya dengan kepemilikan bersama (sharing). Dengan bijak mereka mulai menggunakan uangnya untuk konsumsi pengalaman seperti: jalan-jalan backpacker, nonton konser, atau nongkrong di coffee shop.

Berbagai fenomana pasar berikut ini semakin meyakinkan makin pentingngnya sektor leisure sebagai mesin baru ekonomi Indonesia. Bandara di seluruh tanah air ramai luar biasa melebihi terminal bis. Hotel budget di Bali, Yogya, atau Bandung full booked tak hanya di hari Sabtu-minggu, tapi juga hari biasa. Tiket kereta api selalu sold-out. Jalan tol antar kota macet luar biasa di “hari kejepit nasional”. Destinasi-destinasi wisata baru bermunculan (contoh di Banyuwangi, Bantul atau Gunung Kidul) dan makin ramai dikunjungi wisatawan.

Sektor pariwisata kini ditetapkan oleh pemerintah sebagai “core economy” Indonesia karena kontribusinya yang sangat siknifikan bagi perekonomian nasional. Saat ini sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa kedua terbesar setelah kelapa sawit dan diproyeksikan 2-3 tahun lagi akan menjadi penyumbang devisa nomor satu. Ini merupakan yang pertama dalam sejarah perekonomian Indonesia dimana pariwisata menjadi tulang punggung ekonomi bangsa.

Tak hanya itu, kafe dan resto berkonsep experiential menjamur baik di first cities maupun second cities. Kedai kopi “third wave” kini sedang happening. Warung modern ala “Kids Jaman Now” seperti Warunk Upnormal agresif membuka cabang. Pusat kecantikan dan wellness menjamur bak jamur di musim hujan. Konser musik, bioskop, karaoke, hingga pijat refleksi tak pernah sepi dari pengunjung. Semuanya menjadi pertanda pentingnya leisure sebagai lokomotif perekonomian Indonesia.

The drivers

Kenapa leisure-based consumption menjadi demikian penting bagi konsumen dan mereka mau menyisihkan sebagian besar pendapatan untuk liburan atau nongkrong di kafe/mal? Setidaknya ada beberapa drivers yang membentuk leisure economy.

#1. Consumption as a Lifestyle. Konsumsi kini tak hanya melulu memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan, papan. Konsumen kita ke Starbucks atau Warunk Upnormal bukan sekedar untuk ngopi atau makan, tapi juga dalam rangka mengekspresikan gaya hidup. Ekspresi diri sebagai bagian inhenren dari konsumsi ini terutama didorong maraknya media sosial terutama Instagram.

#1. From Goods to Experience. Kaum middle class milennials kita mulai menggeser prioritas pengeluarannya dari “konsumsi barang” ke “konsumsi pengalaman”. Kini mulai menjadi tradisi, rumah-rumah tangga mulai berhemat dan menabung untuk keperluan berlibur di tengah/akhir tahun maupun di “hari-hari libur kejepit”. Mereka juga mulai banyak menghabiskan waktunya untuk bersosialisasi di mal atau nongkrong di kafe sebagai bagian dari gaya hidup urban.

#2. More Stress, More Travelling. Dari sisi demand, beban kantor yang semakin berat dan lingkungan kerja yang sangat kompetitif menjadikan tingkat stress kaum pekerja (white collar) kita semakin tinggi. Hal inilah yang mendorong kebutuhan leisure (berlibur, jalan-jalan di mal, atau dine-out seluruh anggota keluarga) semakin tinggi.

#3. Low Cost Tourism. Dari sisi supply, murahnya tarif penerbangan (low cost carrier, LCC) yang diikuti murahnya tarif hotel (budget hotel) menciptakan apa yang disebut: “low cost tourism”. Murahnya biaya berlibur menjadikan permintaan melonjak tajam dan industri pariwisata tumbuh sangat pesat beberapa tahun terakhir.

#4. Traveloka Effect. Momentum leisure economy semakin menemukan momentumnya ketika murahnya transportasi-akomodasi kemudian diikuti dengan kemudahan dalam mendapatkan informasi penerbangan/hotel yang terbaik/termurah melalui aplikasi seperti Traveloka. Kemudahan ini telah memicu minat luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat untuk berlibur. Ini yang saya sebut Traveloka Effect.

“Welcome to the leisure economy.”

Friday, July 14, 2017

TREN PENUMPANG BUS MENURUN? INI PENDAPAT ZF INDONESIA



(Jakarta – haltebus.com) Kementerian Perhubungan menyatakan tren penumpang bus menurun dari tahun ke tahun. Klaim itu tak menyurutkan salah satu pabrikan transmisi bus asal ZF mengukuhkan keberadaannya di Indonesia menjadi PT. ZFAG Aftermarket Jakarta. “Tren transportasi massal di seluruh dunia itu adalah keniscayaan yang tidak terbantahkan pasti terjadi. Di Indonesia mau tidak mau masyarakat harus berpindah dari kendaraan pribadi ke angkutan massal,” ujar Direktur PT. ZFAG Aftermarket Jakarta, Cakra Wiyata, Selasa (11 /7/17) di Jakarta.

Cakra tidak sedang menentang sinyalemen Kementerian Perhubungan. Dia punya perhitungan tersendiri. Menurut dia, di satu titik masyarakat Indonesia akan berpindah ke transportasi umum yang mudah, murah dan nyaman. Dia mengakui, memang saat ini ada kendala yang cukup besar karena belum ada titik temu tuntutan masyarakat terkait kenyamanan dan keamanan dengan kondisi yang ada saat ini.

Menurut Cakra, kesempatan untuk membangun transportasi bus tetap terbuka. Bus yang nyaman dan aman yang bisa menarik minat masyarakat hanya menunggu waktu saja. “Kami hadir sebagai pengintip dan sekaligus mengantarkan teknologi terbaru yang menjadi tren dunia, karena kami menjadi tren setter untuk teknologi terbaru di dunia transportasi dan otomotif. Kami menjadi salah satu pendorong penggunaan transmisi otomatis pada bus di Indonesia,” katanya.

 


Sementara itu, Komisaris PT. ZFAG Aftermarket Jakarta Sheerhan B. Jeaudeen mengungkapkan, berbicara tentang angkutan bus ada dua sektor yang bisa dijabarkan. Ada bus kota dan bus jarak jauh antar kota. Dia mencatat, di sektor bus kota, permintaan untuk angkutan umum bus kota sedang mengalami peningkatan. Peremajaan dan pengembangan transportasi kota tidak hanya di Jakarta, melainkan juga kota-kota besar di Indonesia.

ZF sendiri sudah membuktikan meningkatnya kebutuhan bus bertransmisi otomatis karena mereka menyuplai transmisi otomatis untuk pabrikan bus di Indonesia. “Boleh saja ada pendapat penumpang bus menurun, tetapi kami melihat okupansi armada bus Transjakarta terlihat membaik, banyak warga Jakarta mulai memilih bus sebagai transportasi mereka,” ujar dia.

 


Di sektor bus jarak jauh antar kota, kata Sheerhan, peluang pertumbuhan angkutan bus sangat terbuka. Seiring dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, menurut dia, persaingan antara moda transportasi bus dengan penerbangan murah dan kereta api akan semakin menarik. Perjalanan di darat bisa lebih singkat dari sebelumnya, dan untuk karakter jalan tol yang panjang, transmisi otomatis sangat ideal untuk bus.

“Saat perjalanan lebih singkat, bus bisa semakin kompetitif dibandingkan low cost airline, penumpang butuh waktu tiga empat jam untuk sampai di tujuan. Waktu tempuhnya, tidak jauh berbeda dengan bus, tetapi dengan fasilitas yang semakin baik orang bisa memilih bus,” katanya.

 



Optimisme Sherhaan sangat beralasan, jaringan jalan tol, di pulau Jawa sampai akhir tahun 2018 dan Sumatera tahun 2019, ditargetkan pemerintah bisa selesai. Jika ditilik dari jaringan jalan tol yang tengah di bangun saat ini, Jakarta-Semarang-Solo-Kertosono-Surabaya sangat berdampak signifikan untuk angkutan bus. Di jalur itu banyak operator bus melayani pelanggan setianya. Sementara di Sumatera, Bakauheni-Palembang sepanjang 400 Km juga memangkas perjalanan lebih dari separuh waktu tempuh yang ada saat ini.


Cakra menambahkan, untuk kebutuhan di sektor transportasi bus tak hanya transmisi otomatis yang bisa disediakan ZF. Selama ini ZF juga memproduksi suku cadang yang ada kaki-kaki bus, mulai seperti lengan suspensi, balon udara, axle dan beberapa suku cadang lainnya. Untuk kebutuhan yang teknologi tingkat lanjut, ada Openmatics yang memudahkan operator bus mengendalikan operasional armadanya dalam satu system yang terintegrasi. (naskah : mai/foto : mai)


http://www.haltebus.com/detail699.html

ZFAG Aftermarket Jakarta Resmi Wakili ZF di Indonesia

by HILLARIUS SATRIO—12 Jul 2017 in NASIONAL




AutonetMagz.com – Siapa tak kenal ZF? Mereka adalah perusahaan dari Jerman yang diketahui bergerak dalam pembuatan driveline dan sasis di dunia otomotif. Di kacamata penggemar otomotif, mereka diketahui membuat girboks otomatis bagi BMW, Mercedes Benz dan beberapa merek mobil lainnya. Nah, sekarang ZF sudah memiliki perpanjangan tangan di Indonesia via PT ZFAG Aftermarket Jakarta. Fokus mereka adalah sektor transportasi, namun darat lebih utama.
Efektif per Maret 2017, entitas hukum PT ZF Aftermarket Jakarta sudah ditetapkan. Cakra Wiyata, Direktur PT ZFAG Aftermarket Jakarta menjelaskan, Membagikan visinya pada segmen aftermarket dan rencana masa depan, Cakra Wiyata mengatakan, “Produk ZF telah terbukti kesuksesannya secara global, hal ini memberikan kesempatan untuk memperkenalkan produk-produk unggulan kami secara lebih luas di Indonesia.”


Lanjutnya,“Fokus kami adalah konsumen dengan tujuan untuk selalu menghadirkan produk berkualitas dan peningkatan layanan, kami juga berkomitmen untuk terus-menerus menyempurnakan diri agar dapat memuaskan pelanggan lebih baik lagi. Selain itu, kami berusaha untuk memperkuat layanan dan memperluas jaringan distribusi di Indonesia sebagai persiapan dalam menghadapi kebutuhan pasar lokal dan menyediakan portofolio produk yang lebih lengkap. Saya yakin, hal ini dapat membuat ZF Indonesia unggul di Aftermarket.”
ZF sendiri menyatakan bahwa mereka adalah pemain kuat di riset dan pengembangan powertrain, girboks, drive axle, sistem kontrol traksi, die cast logam dan sasis. Mereka juga terjun ke pasar komersial dengan dedikasi pengembangan khusus buat kendaraan yang beratnya lebih dari 3,5 ton. Untuk jangka panjang, mereka juga sudah mendirikan divisi E-Mobility, dengan riset mendalam di sistem elektronika mobil, seperti baterai dan motor listrik misalnya.


Untuk teknologi keselamatan, ZF punya mitra bernama TRW Automotive untuk mendalami sistem keamanan pasif dan aktif. Bagi penggiat sektor industri, ZF hadir pula bagi optimalisasi sektor pertanian, konstruksi, kereta api, kapal laut, penerbangan dan girboks buat turbin angin. Merek-merek yang telah bergabung adalah SACHS, Lemforder, TRW, BOGE dan OPENMATICS.

https://autonetmagz.com/zfag-aftermarket-jakarta-resmi-wakili-zf-di-indonesia/57560/

Wednesday, July 12, 2017

Fokus Meningkatkan Pelayanan di Indonesia, PT. ZF Aftermarket Jakarta Resmi Beroperasi

11/07/2017 Evron Sinaga



Untuk meningkatkan pelayanan dari produk-produknya di Indonesia, ZFAG, sebuah pabrikan komponen dan spare part otomotif dan alat berat terkemuka asal Jerman, meresmikan beroperasinya PT. ZF Aftermarket Jakarta.

Acara yang berlangsung di The Ritz-Carlton, SCBD Sudirman, Jakarta, pada Selasa, 11 Juli 2017, ini juga menghadirkan para customer dan mitra dari ZF di Indonesia, baik customer-customer langsung maupun Original Equipment Manufacturer (OEM) dan para distributornya. Rangkaian acara terdiri dari presentasi tentang ZF di Indonesia, yang dilanjutkan dengan penekanan sirine tanda mulai beroperasinya PT. ZF Aftermarket Jakarta dan pemotongan tumpeng serta presentasi produk.

PT. ZF Aftermarket Jakarta sendiri berdiri pada Maret 2017. Dengan mulai beroperasinya PT. ZF Aftermarket Jakarta ini, ZFAG dapat mendekatkan pelayanan kepada customer-customernya di Indonesia. Sebelumnya ZF di Indonesia merupakan representative office. Dengan hadirnya PT. ZF Aftermarket Jakarta, customer tidak perlu lagi memesan produk-produk ZF ke Jerman atau melalui negara lain seperti Singapura. Di Asia Pasifik, ZF hadir di 11 negara, yaitu Australia, Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Indonesia.

Tidak hanya berbagai produk dengan brand ZF, fungsi support dari PT. ZF Aftermarket Jakarta juga meliputi brand-brand yang berada di bawah payung besar ZF, yaitu Sachs, Lemforder, TRW, Boge, Openmatics, inovasi digital dan teknologi pengamanan aktif dan pasif.

Dalam sambutannya, Cakra Wiyata, Direktur PT. ZF Aftermarket Jakarta menyatakan, “Produk ZF telah membuktikan kesuksesannya secara global. Dengan beroperasinya PT. ZF Aftermarket Jakarta memberikan kesempatan kepada kami untuk memperkenalkan produk-produk unggulan ZF secara lebih luas di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan memperkuat layanan dan memperluas jaringan distribusi ZF di Indonesia sebagai persiapan dalam menghadapi kebutuhan pasar lokal dan menyediakan portfolio produk yang lebih lengkap. Saya yakin hal ini dapat membuat ZF Indonesia unggul di aftermarket.”

ZF sendiri memandang Indonesia sebagai sebuah market yang penting. Berbagai produk ZF telah diaplikasikan pada berbagai kendaraan komersial semenjak 2001, seperti bus-bus Trans Jakarta maupun berbagai peralatan konstruksi dan pertambangan. Ke depannya, PT. ZF Aftermarket Jakarta berencana mengembangkan marketnya pada sektor migas maupun industri maritim.


Cakra Wiyata, Direktur PT. ZF Aftermarket Jakarta

Untuk mencapai tujuan ini, ZF telah menggandeng berbagai perusahaan lokal sebagai distributor dan service partners yang memiliki tanggung jawab untuk memperluas pemasaran dan support berbagai produk ZF. Menurut Cakra, sampai dengan saat ini, ZF telah menjalin kerjasama dengan 15 perusahaan sebagai mitranya, yang terdiri dari 12 distributor dan 3 service partner, yaitu PT. Alun, PT. Chakra Jawara dan PT. Hino Motors Sales Indonesia.

Mitra-mitra service partner ini dipilih dengan persyaratan yang cukup ketat yang bertujuan untuk memastikan mereka dapat mempertahankan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Masing-masing service partner memiliki tanggung jawab meliputi perbaikan dan pemeliharaan produk-produk ZF. Hal ini termasuk pelayanan di lapangan, remanufaktur, modifikasi, dan berbagai paket layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.

(ES)

http://www.equipina.com/fokus-meningkatkan-pelayanan-di-indonesia-pt-zf-aftermarket-jakarta-resmi-beroperasi/