Sunday, May 8, 2016

Ruang Berbagi Ilmu - Pulau Rupat Bengkalis, Nov 2015

Melihat Promosi acara Rubi disaat menghadiri undangan Relawan Indonesia Mengajar, membuatku tertarik untuk mengambil brosur mengisi daftar nama dan mempelajarinya lebih dalam.

Ruang Berbagi Ilmu, sebuah workshop dengan target peserta Guru dan Kepala Sekolah.
Wah, kesempatan ini sangatlah penting untuk ku pertimbangkan. Berbeda dengan Kelas Inspirasi dimana relawan berbagi pengalaman akan profesi yang dijalaninya, Rubi jauh lebih relevan sesuai kapasitasku.
Kesempatan untuk berbagi pandangan dan pengalaman akan kondisi dunia usaha yang kujalani sehari hari kurasa akan dapat memberikan masukan banyak untuk mereka.

Pulau Rupat kabupaten Bengkalis menjadi pilihanku pada kesempatan perdana ini. Lokasinya yang berseberangan dengan negara tetangga Malaysia menambah rasa ingin tahuku akan apa yang terjadi disana.

Persiapan dan beberapa pertemuan kuikuti, dari gedung PWC kuningan sampai markas IM di Jl Galuh. Terkejut juga menyadari bahwa tak satupun dari kami paham betul akan materi yang akan kami bawakan.
Menyadari bahan materi yang cukup banyak dan kompleks, level setres kami mulai meningkat.
Setelah melalui beberapa diskusi dengan relawan daerah penugasan lain, kepingan puzzle mulai terbentuk dan kami mulai fokus menyelesaikan materi presentasi masing masing.

Akhirnya hari penting itu tiba. Aku berangkat menuju pekanbaru bersama rombongan dari Jakarta. May Ichi dan Thika sebagai koordinator, diikuti narasumber lain Mbak Diah, Wina, Kalyn, Aidil, Dian dan Nisa. Serta Sri yang baru bergabung dari Pekanbaru.


Perjalanan dimulai dari sarapan pagi Ketupat Sayur khas pekanbaru, sebelum kami menuju Duri.
Sarapan di warung kopi itu diwarnai percakapan singkat dengan seorang kakek bersuku sakai dengan bahasa daerahnya yang sangat khas.



Perjalanan menuju Duri memakan waktu kurang lebih 6 jam. Sesampai disana, kami menyambangi sekolah bu Yosie salah seorang narasumber dari Duri yang juga seorang Kepala Sekolah disana.

Perjalanan ke Pulau Rupat ditempuh melalui Feri penyeberangan dari kota Dumai. Dengan perlengkapan training yang kami bawa, rasanya cukup heboh juga perjalanan yang kami tempuh ini.



Sesampai di Pulau Rupat, kami disambut oleh Ruri Pengajar Muda yang telah bertugas selama setahun di Rupat, ditemani oleh pak Gopar seorang Kepala Sekolah SD yang bertempat tinggal di sana.


Disambut dengan hangat oleh Panitia Lokal dengan suguhan Ikan Debuk, menghilangkan kecanggungan dan rasa malu malu kami.
Mengikuti pengaturan penginapan oleh Panitia Lokal, aku berkesempatan untuk menginap di kediaman Pak Gopar. Sebuah rumah yang cukup modern bila dibanding dengan rumah panggung penduduk asli yang kebanyakan berdinding kayu.



Sesi pagi dimulai di keesokan hari oleh beberapa sambutan pejabat setempat. Mengingat aku adalah peserta yang cukup senior dibanding yang lain, membuatku didaulat untuk membawakan sambutan perkenalan.
Menyadari budaya berpantun di daerah Riau, aku mencuri kesempatan untuk googling pantun sederhana didalam sambutanku. Tak ayal para peserta tertawa mendengar pantunku yang lumayan pas-pas an.


Materi pertama adalah Motivasi Pendidik yang kubawakan bersama Bu Diah yang dipanggil mbak Okke, dan dilanjutkan materi Manajemen Berbasis Sekolah, dan Taman Baca.




Pada hari kedua, materi yang kami bawakan adalah Brain Based Technique, Quantum Teaching, Multiple Inteligence, Leadership dan Metode Belajar Kreatif.





SMS singkat dari perusahaan penerbangan cukup membuat kami gusar. Bagaimana tidak, jadwal pesawat yang sedianya baru berjalan malam, dirubah sepihak menjadi lebih awal di siang hari.
Rencana untuk menghabiskan malam sehari lagi akhirnya batal dan mengharuskan beberapa dari kami untuk pulang lebih awal.

Pelatihan berlanjut di hari ke tiga dan empat, namun sebagian dari kami terpaksa harus meninggalkan pulau Rupat untuk mengejar pesawat kami.


Pengalaman berinteraksi selama dua hari di Rupat cukup membawa perubahan bagiku. Pembangunan yang sebagian besar berpusat di Jawa terasa betul kepincangannya.
Indonesia tak hanya Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan. Kota dan Provinsi lainnya adalah potret mayoritas perekonomian Indonesia.

Indonesia tengah berfokus untuk memperbaiki berbagai sarana dan prasarana infrastruktur. Tak kalah penting, soft infrastruktur haruslah senantiasa menjadi fokus utama kita. Kesehatan dan Pendidikan.

Pemerintah takkan mampu untuk melakukan perbaikan menyeluruh dengan segala keterbatasannya. Kerja sama dan gotong royong seluruh Insan masyarakat sangatlah diperlukan.

Kerap aku tersenyum membaca berbagai celoteh protes banyak teman di media sosial menyerang pemerintah maupun sekedar meluapkan kekesalan mereka akan berjuta kekurangan negeri ini. Tak sadar kah mereka sebetulnya kita pun mampu berbuat sesuatu untuk memperbaikinya dengan sebuah aksi nyata.

Nampak klise dan tak nyata? Tidak juga.
Kubuktikan sendiri dari perbincangan dan reaksi beberapa peserta disana yang berterima kasih dan sedikit banyak terbakar oleh sedikit pesan yang kami sampaikan.

Jika hal hal kecil ini kita lakukan bersama, rasanya tak mustahil Negara tercinta kita ini akan ber 'tiwikrama' menjadi raksasa yang ditakuti di dunia.   Semoga,

















Salam Pendidikan


Lihat video:
https://www.youtube.com/watch?v=gwE1N29WVqk

No comments:

Post a Comment